Selasa, 13 Desember 2016
Sabtu, 26 November 2016
HARI GURU 2016
PERINGATAN HARI GURU TAHUN 2016 DAN HUT PGRI KE-71
SDN 6 NGUNUT, 25 NOPEMBER 2016
Sejarah berdirinya PGRI
Pada awalnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di sekolah desa dan sekolah rakyat angka dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan keadaan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi terhadap pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 - seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” bertalu-talu, di tengah bau mesiu pengeboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:
- Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
- Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
- Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Sifat-sifat PGRI
Sifat-sifat PGRI antara lain:
- Unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gender, dan asal usul.
- Independen, berlandaskan pada kemandirian dan kemitrasejajaran
- Nonpartisan, bukan merupakan afiliasi dari partai politik.
Arti lambang PGRI
Berikut ini penjelasan tentang arti pada lambang PGRI:
- Bentuk: cakra/lingkaran melambangkan cita-cita luhur dan daya upaya menunaikan pengabdian terus-menerus.
- Ukuran, corak, dan warna bidang: bagian pinggir lingkaran berwarna merah melambangkan pengabdian yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi kepentingan rakyat. Warna putih dengan tulisan "Persatuan Guru Republik Indonesia" melambangkan pengabdian yang dilandasi kesucian dan kasih sayang. Panduan warna pinggir merah-putih melambangkan pengabdian kepada negara, bangsa, dan tanah air Indonesia.
- Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning: Simbol yang melambangkan fungsi guru (pada pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan perguruan tinggi) dengan hakikat tugas pengabdian guru sebagai pendidik yang besar dan luhur.
- Nyala api dengan 5 sinar warna merah: Simbol yang melambangkan arti ideologi Pancasila, dan arti teknis yakni sasaran budi pekerti, cipta, rasa, karsa, dan karya generasi.
- Empat buku mengapit suluh: Posisi 2 datar dan 2 tegak (simetris) dengan warna corak putih melambangkan sumber ilmu yang menyangkut nilai-nilai moral, pengetahuan, keterampilan dan akhlak bagi tingkatan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan tinggi.
- Warna dasar tengah hijau: Simbol yang melambangkan kemakmuran generasi.
Dasar hukum dan Hari Guru Nasional
Dasar Hukum termaktub pada Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang merupakan sebagai tanda penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan, menetapkan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November sebagai Hari guru nasional, diperingati setiap tahun.
Senin, 29 Agustus 2016
Jumat, 19 Agustus 2016
PARADE REOG KENDANG
Masih dalam rangkaian memeriahkan HUT RI ke-71, panitia PHBN
SD/MI Kecamatan Ngunut melaksanakan “Parade Reog Kendang”.
Pelaksanaan parade reog kendang tahun 2016 yang gelar di Ngunut,
Kamis (18/8/2016), berlangsung meriah. Dalam kegiatan tersebut SDN 6 Ngunut
tidak ketinggalan dalam ikut memeriahkan serta mensukseskan kegiatan tersebut.
Parade tersebut diikuti oleh siswa siswi SD/MI se-Kecamatan
Ngunut. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat Ngunut, terutama dalam meningkatkan kecintaan terhadap kesenian dan
kebudayaan daerahnya.
Agar kesenian dan kebudayaan bisa tetap lestari harus terus
ditampilkan kepada masyarakat. Karena itu, kegiatan seperti seni dan budaya ini
masyarakat sekitar sangat mengapresiasi.
Kamis, 18 Agustus 2016
Karnaval HUT RI ke-71
Selasa, 16 Agustus 2016 Panitia PHBN HUT RI Ke-71
Tahun 2016 tingkat SD/MI Kecamatan Ngunut mengadakan karnaval peringatan HUT RI
ke-71, karnaval ini diikuti oleh SD dan MI se-Kecamatan Ngunut.
Dalam Karnaval
HUT RI yang ke-71, SDN 6 Ngunut berpartisipasi mengirimkan kontingen
sejumlah ±254 anak dan pengampu.
Kontingen SD Negeri 6 Ngunut diawali
dengan pembawa spanduk dan bendera serta pembawa
replika burung garuda yang merupakan lambang negara kita dan foto
presiden dan wakil presiden RI.
Kemudian diikuti grup drum band “Swara Wiyata” yang
menyuguhkan penampilan yang memukau para penonton.
Putra putri SDN 6 Ngunut menampilkan keragaman masyarakat Indonesia yang adil dan makmur yang
merupakan garda depan pertumbuhan ekonomi bangsa. Di kontingen ini terdapat
berbagai macam profesi dalam segala bidang. Dari TNI, polisi, perawat, dokter dan lain-lainnya. Selain itu
juga menampilkan berbagai pakaian fantasi serta pakaian daur ulang dari bahan barang
bekas.
Kami mengucapkan terima
kasih atas dukungan penuh dari para wali murid kelas I-VI, para peserta,
pengampu yang turut membantu terselenggaranya partisipasi SD Negeri 6 Ngunut dalam Karnaval HUT RI ke-71 Kac. Ngunut.
Berikut beberapa
jepretan keramaian karnaval kontingen SD Negeri 6 Ngunut:
Selasa, 31 Mei 2016
EKSTRA KURIKULER KOMPUTER
Latar Belakang
Saat ini dunia telah memasuki era
informasi yang berkembang dan akan terus berkembang. Informasi menjadi sesuatu
yang sangat dibutuhkan oleh semua orang, semua kalangan baik itu instansi
pemerintah maupun swasta bahkan semua negara. Karena salah satu indikator
kemajuan sebuah negara adalah diukur dari penguasaan mereka terhadap teknologi
informasi dan komunikasi (TIK).
Teknologi informasi dan komunikasi
yang dalam hal ini sering kita sebut komputer akan terus berkembang dengan
pesat. Sudah banyak kita lihat dan dengar bahwa semua bidang sudah menggunakan
komputer untuk membantu pekerjaan manusia. Di berbagai bidang kehidupan baik,
perdagangan, perkantoran, militer, pendidikan dan lainnya rasanya tak ada yang
tidak bersinggungan dengan teknologi komputer bahkan dalam kehidupan rumah
tangga kehadiran teknologi komputer sangat diperlukan. Intinya bidang dan
profesi apapun akan sangat membutuhkan bantuan komputer.
Untuk menyiapkan peserta didik mampu
menguasai teknologi dan informasi dibutuhkan sarana pendidikan yang memadai,
karena sarana pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam proses pembelajaran karena sarana pendidikan yang lengkap dan bermutu
menyebabkan pembelajaran akan semakin baik dan berkualitas. Hal itu akan
berakibat meningkatnya daya serap siswa yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19
Tahun 2005 bab VII pasal 42 ayat 2 mengemukakan bahwa: Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki sarana pendidikan yang meliputi lahan ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sebagai salah satu sarana
pendidikan, laboratorium komputer mempunyai peran penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan sebab keberadaannya menjadi sarana vital bagi siswa untuk
mengaplikasikan teori yang mereka terima sehingga siswa akan lebih terampil
dalam menguasai teknologi yang akan mereka perlukan dalam menghadapi perubahan
zaman yang semakin dinamis dan kompetitif.
Di era globalisasi yang
sedemikian cepat berubah, perkembangan teknologi informasi adalah salah satu
unsur kebudayaan yang paling cepat perubahannya dibanding unsur kebudayaan
lainnya. Keadaan ini jika tidak disikapi maka bisa menyebabkan “culture
shock”/kejutan budaya, seperti penggunaan internet yang tidak diambil
manfaat positifnya. Pengenalan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SDN
6 Ngunut mencakup bahan kajian tentang Hardware dan Software. Konsep
yang ada dipelajari melalui pendalaman praktek, dengan
penyatupaduan/sinkronisasi tersebut melalui demonstrasi kerja, dimungkinkan
siswa mendapatkan nilai tambah yang berguna sebagai nilai tambah skill/keterampilan
yang diperlukan untuk mendukung kepentingan pendidikan pada khususnya dan
kepentingan praksis kehidupan pada umumnya. Demikian TIK memiliki dimensi
sebagai “applied science”.
Dari kegiatan berkaitan dengan peningkatan nilai
tambah/”value added” bagi alumni SDN 6 Ngunut ini memberikan pendidikan
tambahan/ ekstra pilihan yang salah satunya berbasis skill/ keterampilan
yaitu ekstra komputer. Guna mendukung fungsi dan tujuan pembelajaran ekstra komputer
di SDN 6 Ngunut, diperlukan media dan pembimbing yang membantu kelancaran
pelaksanaan praktikum atau demonstrasi yang diperlukan.
Tujuan Umum
Mewujudkan tujuan Pendidikan nasional dengan membekali
peserta didik keterampilan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui
ekstra komputer/ Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Secara umum penggunaan alat laboratorium Komputer berfungsi sebagai salah
satu media yang dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan dan penciptaan operasi
yang efektif dalam membimbing dan mendorong serta membantu peserta didik dalam menyelenggarakan
pendidikan yang lebih bermutu dan ketercapaian lulusan yang bermutu pula.
Tujuan Khusus
- Memberikan
layanan kepada siswa sehingga mampu menguasai teori sekaligus terampil
mengaplikasikan komputer.
- Membantu guru untuk mengenalkan peralatan canggih
serta cara mengoperasikannya.
- Membantu siswa untuk mampu mengaplikasikan teori
yang diterima serta dapat mengembangkan kreasi dan imajinasinya.
- Dengan menggunakan laboratorium komputer dapat
memberi sumbangan bagi pendidikan secara umum dengan cara memberikan
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang sangat diperlukan yang
berpusat pada situasi kehidupan nyata.
Sasaran
Sasaran kegiatan ekstra tambahan ini dimaksudkan
sebagai daya dukung visi SDN 6 Ngunut yang ingin bertekad mewujudkan peserta
didik menjadi “CERIA” yaitu Cerdas, mandiri dan Agamis. Dengan penguasaan IPTEK
oleh peserta didik, maka SDN 6 Ngunut berusaha mewujudkan tujuan pendidikan
nasional
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pendidikan/ekstra Komputer menekankan
pada penguasaan software/ perangkat lunak. Hal ini dikarenakan SDN 6 Ngunut memiliki
laboratorium komputer yang memadai untuk memperdalam materi software.
Langganan:
Postingan (Atom)